Senin, 06 September 2010

saat drama delapan enam

Hai kawan-kawan! Apa kabar? Pastinya baik dong. gimana hari-hari kalian? Apakah secerah cuaca Jakarta akhir-akhir ini? Apa lagi kesenengan atas datangnya timbunan THR? Atau kamu lagi putus cinta dan merasa seluruh dunia tidak berpihak padamu, bagai setitik debu yang diterbangkan angin? Tidak masalah. Semua masalah ada penyelesaiannya. Seperti yang gue tulis dalam entri gue yang kemaren, masalah itu hanya benang kusut yang minta dibenerin. Jadi jalanilah hidup ini dengan sebaik-baiknya (?).

Oke… saat melihat sinetron yang disetel Kakek gue di telepisi, tiba-tiba memori gue kembali pada saat itu… yiha, pada saat kelas 8.6 mengadakan drama dari pelajaran Bahasa Indonesia yang diprakarsai ibu guru sekaligus wali kelas tersayang kita, Bu Sri Nurhayati. Tiba-tiba gue teringat dan tiba-tiba juga gue ingin mengulasnya disini…

Suatu hari, gue dan temen-temen sekelompok gue di kelompok 7 (anggotanya: Muhammad Hendrawan Sumantri yang biasa dipanggil Mantri atau kadang Hendra tapi memiliki panggilan utama Doyok, dan seorang cewek bernama Nita Hernita yang tentu saja disapa Nita bukan Taher atau Herni, dan yang terakhir seorang pria kusut bernama Bagus Irianto si pria hobi senyum yang dipanggil Bagus atau kadang-kadang dipanggil “guuud guuud sini guuuuuuudddd!”) sedang antusias mendengarkan kata-kata Bu Sri Nurhayati. Terus Bu Sri bilang, bahwa kelas 8.6 akan diadakan tugas DRAMA! Horeeeeeeeeeeeeeey. Gue gak bakat dalam dunia panggung sih, tapi gue lumayan, yah, gak buluk-buluk amat lah. Trus karena ga cukup kalo cuma berempat, maka Bu Sri nyuruh kita ‘bergabung’ dengan kelompok lain. Ini nih yang bikin repot. Takutnya kalo gue maunya sama kelompok itu, si Bagus maunya sama kelompok sono, Nita mau sama kelompok situ, dan Doyok maunya ama kelompok sana. Setelah kita nyurvei, si Yuyun dari kelompok 5 menawarkan pada kelompok gue buat bekerja sama! Yeeeeey. Gue sih mau buangget sekelompok ama Yuyun, soalnya anak-anak dari kelompok itu kece-kece. dan ternyata yang lain juga mau. Jadilah kita bergabung dengan kelompok 5 yang terdiri dari Tri Wahyuni Tanjung Saragih alias Yuyun bukannya Teri atau wahyuni atau tanjung atau saragih, Nadya Hariani si temen sebangku gue yang dipanggil Nadya dan kadang dipanggil belo, Rifky Alfiansyah yang dipanggil Rifky dan terkadang lekong, dan Ireng Maulana yang tentu aja disapa Ireng bukannya mau atau lana atau maulana. kita disuruh nyiapin dialog dan tentu aja kita disuruh menentukan mau nampilin drama apa. Akhirnya kita sepakat untuk ngerubung di rumah Doyok malam itu.

Malamnya, setelah semua ada (selain Yuyun, gue lupa karna apa. Kayanya sih sakit) kita berencana untuk menampilkan drama… MALIN KUNDANG!!!!!! aszeeek. Bukannya gue jago ya, tapi si Malin ini kan legenda banget dan gue tau ceritanya. Nah abis itu,kita mulai deh menyiapkan dialog.
Besoknya, kita ketemu lagi. Kali ini ada Yuyun, kalo ga salah juga latiannya di rumah Yuyun. Kali ini kita bener-bener nyusun dialognya. Tapi ngeselin juga, ada yang cumaa ketawa-tawa tanpa nyumbang ide secuilpun.

Pas di sekolah, kita mulai berkumpul (tanpa Yuyun, soalnya dia ga masuk). Bu Sri mulai mendata kita mau mainin drama apa, supaya ga ada dua kelompok yang memainkan satu drama yang sama. Kelompok 1 yang terdiri dari Aviv, Resma, Alin, Mia bergabung dengan kelompok 2 yang terdiri dari Alfin, Tyas, Diffa, dan Dewi memainkan drama Si Peniup Seruling. Kelompok 3 yang diisi oleh Nurul, Tuti, Fitri, dan Laras berelasi dengan kelompok 4 yang terdiri atas Siska, Novia, Tiara, dan Putri (getuk) memainkan drama Banyuwangi. Kelompok 5 bergabung dengan kelompok 7 (KELOMPOK GUE DUNN) memainkan drama Malin Kundang (tadinya Nadya bilang bawang merah bawang putih tuh! Kan oon, padahal teksnya udah hampir resmi. Tapi langsung dibantah oleh kita-kita). Terus kelompok 6 yang terdiri atas Viean, Ferry, Awi, dan Miftahul bergabung dengan kelompok 10 yag terdiri atas Ikhsan, Putra, Satrio, dan Elqy memainkan drama Jaka Berek. yang terakhir, kelompok 8 yang terdiri atas Jessica, Febrico, Rizky, Jeni bergabung dengan kelompok 9 yang diisi oleh Siti, Firda, Marizal, dan Okta memainkan drama Timun Emas.
Nah itu dia. Terus kita ber-9 lagi membagi peran, walau tanpa Yuyun tapi kita udah mutusin dia jadi naratornya dan kita yakin Yuyun pasti mau. Nah, si Rifki berinisiatif buat ngebagi-bagi peran dengan cara: nulis nama tokoh diatas kertas kecil trus digulung dan kita kocok-kocok trus kita ambil deh salah satunya, dan itulah peran yang didapat. Kita-kita setuju. Nah tapiiii, gobloknya terjadi ‘kesalahan jenis kelamin’. Si Ireng malah dapet peran Ibu, gue malah dapet peran temennya Malin Kundang (peran ‘temen’ ini musti diperankan oleh cowok. Dan itu cuma figuran dan muncul sangat sekilas), jadi kita ulang lagi. Setelah sekitar 3 kali ngulang, akhirnya Rifki jadi Malin, gue jadi istri, nadia jadi anak, nita jadi ibu (yang lainnya sory gue LUPA) daan… ga disangka-sangka, nadia MARAH! Wakwakwak…. Selidik punya selidik, gue tau kalo Nadia pengennya jadi istri dan doyok jadi Malin, jadi intinya nadia ada rasa ama doyok HAHAHAHAHHHAHAHAHH! Ini fakta yang amat lucu, tapi kita-kita ga bisa terus-terusan ketawa. Akhirnya Rifky membatalkan hasil yang tadi dan memutuskan buat ngomonginnya pas ada Yuyun.

Suatu hari, kita mulai berbagi peran (yang RESMI). Lokasinya di rumah Nadya. Setelah semuanya ngumpul dan dilanda kehausan yang amat sangat dan kita disuguhin minum (dan Rifky mampu menghabiskan gelasnya hanya dalam hitungan detik), akhirnya kita mulai berdiskusi buat bagi-bagi peran. Awalnya, SEMUA nyuruh gue memerankan tokoh IBUNYA SI MALIN! Dan tau siapa Malin-nya? RIFKY! Eeeeeeh parabet nih, masa gue jadi IBUNYA RIFKY ALFIANSYAH yang umurnya 2 tahun lebih tua dari gue???? enggak buangget! Gue sih maunya Nita, soalnya Nita lebih bijak gitu mukanya dan badannya juga lumayan… gede (;p) kalo gue kan standar-standar anak SMP gitu. Dan akhirnya setelah perdebatan panjang, jadilah begini:
Malin Kundang diperankan oleh Rifky
Ibunya si Malin diperankan oleh Nita
Temennya si Malin diperankan oleh Doyok
Istrinya si Malin diperankan oleh Himma (Gue)
Anaknya si Malin diperankan oleh Nadya
Pengawalnya si Malin 1 diperankan oleh Bagus
Pengawalnya si Malin 2 diperankan oleh Ireng
Naratornya (tanpa ‘si Malin’) diperankan oleh Yuyun

Huff, selesai sudah! Asal tau aja, untuk mendapatkan hasil seperti itu perdebatannya berat buangget. Ada yang mau Doyok jadi Malin dan blablabla. Untungnya Nadya ga marah lagi deh.

Nah… hampir setiap hari kita ngadain latihan. Hampir setiap hari. Hampir setiap malem, setelah pulang sekolah, gue mandi sore (ini jarang gue lakukan) dan minta dianter kakak gue ke lokasi latihan. Kadang-kadang gue minta dijemput Nita atau Rifky. Pas latihan, kadang-kadang ada orang-orang dari kelompok lain yang dateng. Ada sih yang kedatangannya bikin seru, tapi ada juga yang malah bikin bete. Paling berat sih pas nyusun dialog. Yang ikutan nyumbang ide cuma berapa orang. Yang lain cuma nongolin muka, main hape, onlen, dan lainnya. Berlembar-lembar kertas dibuang dan berkali-kali si Yuyun mencoret-coretnya. Udah berapa kali coba gue ngeprint kertas dan dikasih ke Bu Sri, walau cari mati juga sih kita, harusnya naskahnya dikasih ke Bu Sri dalam keadaan masih diatas kertas biasa, baru setelah menerima saran dan kritik dari Bu Sri baru kita print, eh ini malah kebalik hehe. Kadang-kadang, kita semua dateng tapi cuma ngobrol ngalor ngidul, nggak ngomongin soal drama. Kita nyusun dialog, kita latihan penghayatan, kita ngapalin teks masing-masing,dan semuanya… sampai akhirnya tiba juga hari saat kita mesen baju.
Buat Rifky, dia cuma pake baju batik biasa. Doyok pake baju koko. Bagus, gue lupa. Ireng, dia ga pernah dateng latihan sekalipun, dan bodo amat nasibnya gimana. Sedangkan gue, Yuyun, Nita, dan Nadya, mesen baju dari maminya si Divya. Pokoknya sedeng deh. Bajunya bener-bener kaya mau dateng ke kawinan.

Setelah itu, tibalah hari yang amat menentukan! Ceritanya pas pelajaran b. Indo, Bu Sri manggil gue dan menyuruh gue ke depan kelas. Setelah gue maju, bu Sri mengatakan kalo nasib urutan maju dalam drama ada ditangan gue! Maksudnya, bu Sri menyediakan kertas yang diatasnya ditulis judul drama kita, misalnya Malin Kundang. Trus kertas-kertas itu digulung, dan gue sebagai ketua kelas (WAKTU ITU) ngambil salah satu gulungan kertas itu. Dan gulungan kertas yang gue ambil pertama itu adalah kelompok drama yang akan maju pertama, trus diteruskan sampe 5 kali. Misalkan gulungan kertas yang gue ambil pertama kali adalah Timun Emas, maka besok Timun Emas tampil paling pertama, gitu. Trus pake saksi juga, biar gue disangkanya ga boong. Saksinya siapa ya waktu itu?? Kalo ga salah sih Awi apa Bagus gitu. Nah, seinget gue… urutan majunya adalah:
1. Timun Emas
2. Si Peniup Seruling
3. Malin Kundang
4. Banyuwangi
5. Jaka Berek
Dan kita akan tampil dalam beberapa hari lagi… deg-degan sumpah!

Akhirnya, pada hari yang dinanti-nantikan, sekitar jam 10 pagi gue dateng ke rumahnya Doyok. Itu hari latihan kita yang TERAKHIR, soalnya nanti siang kita udah tampil. Perasaan gue gimana ya.., seneng tapi agak sedih gimana ya, gue kangen banget ama suasana latihan yang nggak jelas itu. Ya… gitu deh. Terus abis itu, yah, seperti biasanya, kita cuma ngumpul dan nggak latihan haha. Maksudnya cuma ngapalin adegan gitu deeeeh. Soalnya nggak semuanya dateng.
Abis itu, akhirnya waktu yang dinanti tiba juga. Pas Nulur dan Getuk manggil guru, mereka bilang Bu Sri nyuruh kelompok yang tampil pertama, kedua, dan ketiga ganti baju Nah, gue dan beberapa orang cewek segera berbondong-bondong menuju kamar mandi. Weits, gila, bajunya aneh-aneh! Si Diffa kaya make baju kondangan, si Dewi bajunya kaya nenek-nenek skarat, dan lainnya. Terus kita masuk ke kelas, dan Bu Sri nyuruh kelompok Timun Emas segera maju.

Kelompok Timun Emas ini naratornya si Marizal. Yang lainnya sori gue lupa dapet peran apa heheheh… tapi karena tampil pertama, jadinya kurang seru. Kurang greget gitu.

Kelompok Si Peniup Seruling kata gue adalah kelompok yang paling bagusssss banget! Naratornya Tias, tokoh utamanya (gue lupa siapa sih nama pemeran utamanya) si Aviv yang tampil dengan baju koko yang lucu banget, yang dapet peran raja-nya si Alin yang nongol cuman pake baju batik dan selendang merah dan mahkota-mahkotaan, peran burungnya si Mia yang pake baju batik juga, pemeran putri ke tujuhnya si Diffa, pemeran saudagar yang pelitnya si Alfin, pemeran putri ke satunya si Resma. Dewi… dewi jadi apa ya? Haha sori gue lupa. Kalo ga salah sih jadi neneknya si Aviv.
Inti ceritanya gini (SEINGET GUE). Jadi ada pemuda gitu, si Aviv. Dia punya nenek yang bernama Dewi. Neneknya ini skarat, trus neneknya nyuruh Aviv minta beras ke saudagar yang galak. Yaudah Aviv mau disuruh neneknya. Eeeh si Aviv malah didorong (DIDORONG ya, dan DIDORONGnya ini beneran tanpa rekayasa) oleh si saudagar yang diperankan oleh ALFIN! Dan aktingnya Alfin ini bagusbangetbangetbanget. Bener-bener menghayati. Trus gimana lagi? Haha sori gue lupa. Gue suka tuh pas adegan Mia lewat ngebawa-bawa burung-burungan kertas yang dibawa pake lidi apa-apaaa gitu, lucu banget suaranya, imut-imut gitu deh! Naratornya si Tias juga bagus. ini kelompok paling bagus deh, serius.

Setelah itu, tibalah kelompok gue yang maju… Malin Kundang!!! yippieeee!!! Tapi eh tapiii, karena kelompok yang maju sebelum kita udah membuat jiwa anak-anak tergugah, maka kita juga harus tampil menawan. Ibaratnya, tadi anak-anak makan daging kambing, maka kita harus menyajikan sate kambing (?)
Jadi ceritanyaaaa… tentu aja dong elo udah tau. Kalo dalem versi kita sih begini…
Si Rifky pertama-tama ngomong gini, gue inget banget “Ibu, kenapa kita selalu saja miskin, kapan kita kaya?” kenapa gue inget??? Karena Rifky ngomongnya tuh penuh penghayatan, eh... ga juga sih. Trus si Nita jawab apaaa gitu gue lupa. Pokoknya bilang supaya Rifky harus berusaha dan bekerja keras.
Habis itu, si Yuyun sang narator bilang bahwa Malin ke kota agar keinginannya terwujudPas adegan itu, ceritanya si Malin salim ama ibunya, dan di scene itu ada ibunya Malin, si Malin, dan.. muncullah seekor tokoh super figuran kita yang bernama Muhammad Hendrawan Sumantri yang culun abissss dan cuma bilang “hati-hati ya bro, jangan lupain gue loh.”
Kemudian, di adegan berikutnya, ceritanya si Malin udah tajir berat dan membawa anak dan istrinya. Yehaaa… di adegan inilah gue berperan!!!! Yuhu yuhu. Walau gue cuman figuran, tapi gimana ya? Tokoh istrinya Malin kan emang ada dalam cerita originalnya. Kalo tokoh anak, itu cuma improvisasi kita doang haha…
Pada adegan itu, mula-mula si Doyok nongol dan bilang “bu, bu, Malin sudah pulang!” terus si Nita yang memerankan peran ibu kelihatan kaget dan panik. Abis itu mereka menuju pelabuhan—tempat dimana Malin lagi mendarat—dan yang bikin seru saat si Nita bilang,
“Malin…”
(NB: di scene ini, gue MUNCUL loh!!!hahahaha)
Abis itu pengawalnya, si Bagus bilang: “Siapa kau? Apa keperluanmu!?” (harusnya yang ngomong: apa keperluanmu itu Ireng… tapi dia ga masuk!)
Si Nita bilang kalo dia adalah ibunya Malin. Dan dan dan, adegan yang dinanti tiba… jeng jeng…
“Siapa kau?!”
Yang ngomong barusan itu GUE loh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!hahhahahahahhaha
Kata Nita, “ini ibunya Malin.”
Dan gue ngomong lagi: “Aku tak percaya! Sebab ibu dari suamiku sudah meninggal,”
Tau gak perasaan gue saat ngomong yang barusan??? MALU!!!! Sumpah ya gue pengen banget ngakak!!! Suami???? Laki gua mah Justin Bieber!
Kemudian, si Rifky nongol dan bilang “ada apa ini”. abis itu Nita bilang kalo dia adalah ibunya. Dan Nadya, peran anak, bertanya apakah Nita itu adalah neneknya. Rifky menjawab dengan galak bahwa Nita itu bukan siapa-siapanya dan menyuruh Nadya buat nggak ikut campur. Abis itu Nadya meluk gue (HAHAHAHA) dan gue ngomel ke Rifky dan bilang “kenapa kamu memarahi anak kita????!!!!’ AHA?? KITAAAA?? SITU KALI AMA KEBOOOOO!
Intinya, terjadi perdebatan antara Rifky dan Nita. Pokoknya akhirnya Nita ngutuk Rifky dan Rifky jadi batu deeeeeeeeh ….

Abis itu, giliran kelompok Banyuwangi yang dinaratori oleh Siska. Gue agak kecewa juga sih, menurut gue Siska punya segala hal untuk mendapatkan peran putri, tapi dia malah jadi narator. Bagusnya Siska dapet peran, pasti dramanya bagus banget.
Seingat-ingatnya gue… jadi ada seorang raja. Rajanya itu bernama.. siapa ya? Pokoknya diperankan oleh Tuti. Trus si Tuti ngomong-ngomong gitu ama tiga orang pemuda (walaupun perannya ‘pemuda’ tapi pemerannya cewek, itu karna kelompok ini 100% cewek, gak ada cowoknya) dan ketiga pemuda itu dalah Fitri, Tiara, dan Laras. Kata gue sih, penampilan yang paling meyakinkan adalah penampilannya si Fitri! Bener-bener kaya cowok. Trus aduh,,, gimana sih ya? Intinya da seorang putri yang diperankan oleh Putri alias Getuk (gue kurang suka juga sih… kata gue sih Siska lebih oke jadi putri dan Getuk lebih pantes jadi narator karna suaranya juga kenceng) nah akhirnya si Putri menceburkan diri ke dalam lautan dan mungkin karna dia wangi apa apa sih gitu yah dan jadilah Banyuwangi. Nggak ngerti ya? Sama, gue juga nggak ngerti. Tapi efek-efek yang ditawarkan kelompok ini bagus loh. Supaya bener-bener berkesan ‘wangi’, mangkanya si Getuk nyemprot-nyemprotin minyak wangi tau gak haha. Gue juga suka tuh saat Tuti ngomong pada tiga pemuda itu, bener-bener kaya raja dan settingnya kaya istana. Bagus banget.

Dan yang terakhir adalah kelompok Jaka apaa gitu. Seingat gue sih namanya ‘Jaka Berek’ apa apa sih ya?? Lupa. Kelompok ini dinaratori oleh Satrio. Ceritanya juga gue lupa. Tapi si Awi tampil memesona loh. Karena kelompok ini kebalikannya kelompok Siska (100% cowok kalo ini mah) maka Aw merelakan harga dirinya dipertaruhkan dengan memerankan peran… IBU!!! Dan perannya ini ga main-main. Si Awi sampe-sampe make daster ibunya dan make JILBAB! Sumpah ya ini lucu baaaaanget, bu Sri ampe ketawa!

Akhirnya… drama yang udah susah payah kita latih berakhir juga. Tentu aja kita mengabadikan adegan-adegan dengan ngefoto anak-anak (bloonnya, karena sibuk ngepoto-poto warga, gue malah lupa ngefoto saat kelompok gue yang tampil haha… oon bangetttt!!!!!). Dan pada akhir drama, Bu Sri tersayang mengadakan ‘Pemeran Terbaik’ loh!! Jadi ada Pemeran Wanita Terbaik, Pemeran Pria Terbaik, Kostum Terbaik, dan semacamnya! Ih sumpah ya Bu Sri kreatip banget! Gue sih waktu itu milih Fitri sebagai Pemeran Wanita Terbaik (sumpah ya gue terpesona ama perannya waktu ituuu haha. Tapi sayangnya Fitri ga jadi pemenangnya), Alfin sebagai Pemeran Pria Terbaik, kelompok SI Peniup Seruling sebagai Kelompok Terbaik, dan apa lagi yaaaa??? Gue lupaaa. Setelah mengadakan pemilihan itu, kita mulai ngitung hasilnya. Dan yang gue heran, ada yang MILIH GUE loh!! Sebagai pemeran wanita terbaik hahahhahahaha. Dan yang bikin gue kecewa sih, kebanyakan anak-anak milih ‘Malin Kundang’ sebagai Kostum Terbaik, tetapi ternyata Kostum Terbaik itu perorangan bukannya kelompok! Ahh bete banget, padahal kan lumayan kalo kita dapet Kostum Terbaik.
Kemudian, akhirnya didapat hasil bahwa Pemeran Wanita Terbaik dimenangkan oleh Nila Dewi, Kelompok Terbaik dimenangkan oleh Si Peniup Seruling, Pemeran Pria Terbaik dimenangkan oleh Alfin Rizqi Putra, yang lainnya? Sori gue lupaaa hehehe. Pemenang yang individu mendapatkan hadiah Silver Queen, dan pemenang yang kelompok mendapatkan beng-beng, tapi beng-bengnya yang seplastik itu. Gila asik banget si Alfin dapet dua makanan!
Pokoknya hari itu… sumpah ya seruuu banget! Gue kangen banget sama 8.6, apalagi inget dramanya. Kaaangeeeen banget! Pengen banget saat-saat asik itu keulang lagi… I miss you 8.6!

0 komentar:

Posting Komentar